Senin, 19 Desember 2011

Therapy Ear Candle Benarkah mampu mengangkat kotoran di kuping ?


Saya ingin menyampaikan testimoni saya mengenai ear candle therapy,
Saya pernah sekali di therapy ear candle.
Ceritanya begini, suatu ketika saya pergi ke tempat pijat refleksi langganan bersama teman saya, karena seluruh tubuh saya terasa pegal semua, karena semalamnya saya melakukan 2 olahraga sekaligus badminton dan renang.
Ketika saya di sedang di pijit refleksi sang massager, menawarkan paket totok wajah dan ear candle. Yang paling saya respon dari tawarannya adalah ear candle,  karena saya merasa kuping kanan saya masih sedikit berdengung seolah masih ada sisa air ketika renang semalamnya.
Saya bertanya mengenai harganya dan peralatannya dan prosesnya seperti apa,
dia menjelaskan harganya Rp. 25000,- dan alatnya seperti ini sambil menunjukkan alatnya satu bungkus ada 2 ear candle untuk kuping kiri dan kanan, kalau teman pengen liat gambarnya seperti ini





 Nanti alatnya ini dibakar ujungnya dan pangkalnya di cucukkan ke kuping kita, nah nanti ketika alatnya terbakar kotoran kuping kita akan terangkat naik seperti dihisap, kata tukang pijat menjelasakan. Saya pun megiyakan, mungkin prosesnya semacam proses membuat vakum, akibat perubahan tekanan saat pembakaran, kotoran kuping bakal terangkat ( begitulah dalam pikiran saya ketika dia menjelaskannya ).



            Kemudian alat nya pun di bakar dan dicucukkan ke kuping kanan saya, butuh waktu sekitar 4 menit. Ketika proses pembakaran sang massager menanyakan “ gimana terasa seolah dihisap kan?” saya jawab iya saja walaupun merasa gak terasa2 amat.
Begitu selesai pembakarannya, sang massager menunjukkan kotoran kuping saya yang luar biasa banyak hanya dengan sekilas, tapi saya penasaran minta alatnya di buka semua, tapi dia sempat nolak dengan berkata kamu gak jijik? 'Wong kotoran kuping saya kok' aku menjawab, saya pun membuka sendiri,.. Gilak amat masak kotoran kuping saya sebanyak ini bu?, gak terima aja masak sebanyak itu bisa ngumpul di kuping saya, saya gak tahu!, padahal baru semalam saya bersihin pakai cotton butt?.
Kemudian proses kuping kiri saya selanjutnya, ternyata hasilnya sama juga. Hasilnya sebanyak kuping kanan.
Habis di therapy saya geleng-geleng kepala apalagi ketika saya tunjukin ke teman saya hasilnya. Wah wah wah  saya mulai curiga aja ama alatnya itu. Ada yang gak Beres ini.
            Setelah 3 menit kemudian saya mengetuk ngetuk kepala saya mencari tahu apa kuping saya berdengung. Ternyata masih berdengung juga.       .
Saya pun protes sama si massager, namun si massager malah menawarkan satu paket lagi, dengan alasan kotorannya belum terangkat semua, mungkin masih banyak sisa. Saya pun mengiyakan tapi dengan syarat harga setengah di tambah alatnya dikasi satu sama saya, (dalam hati, ini buat penelitian saya).   
            Setelah di Ear candle kuping kanan saya hasilnya lebih banyak dari yang pertama tadi, saya pun udah geleng-geleng kepala tuh, apalagi dengung di kuping saya gak hilang juga. Ada rasa kesal aja. 



                Sampai di rumah langsung deh saya praktekin sisa yang untuk kuping kiri, saya cucuk ke kuping kiri saya, Hasilnya sama juga.
Kemudian saya bakar satu lagi yang dikasih ke saya satu pasang tadi, tapi kali ini tidak saya cucukkan ke kuping saya, namun saya ambil air di gelas kemudian pangkal alatnya saya kenakan ke air, saya mau lihat apakah ada daya hisap dari alat tersebut. Ternyata air aja tidak naik sama sekali. Daya hisap nya sama sekali gak ada. Saya bongkar lagi tuh alatnya untuk lihat hasilnya, ternyata kotoran mirip kotoran kuping seperti gambar diatas  banyak sekali.
Saya Perhatikan dari mana kotoran mirip kotoran kuping ini, ternyata itu adalah lelehan lilin dari kertas nya yang terkumpul di dasar penampungan kertas tersebut  , yang ketika di bakar maka lelehan sekitar kertas lama lama turun kebawah dan berubah warna akibat pembakaran mirip kotoran kuping, dan menggumpal.
Sungguh saya kena tipu, menurut saya therapy ear candle adalah hanya buang buang duit dan buat kuping saya sakit.
Pengalaman pribadi Hosea Dodi Gultom… ah modus si tukang nyari uang.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar